Datu Luwu XL, YM. H. La Maradang Mackulau Opu To Bau, SH. bersama permaisuri mengunjungi Sekolah Budaya Luwu I La Galigo di Baruga Arung Senga, Kec. Belopa, Sabtu (19/06/2021). Kunjungan tersebut merupakan rangkaian dari seluruh kegiatan pembelajaran di Sekolah Budaya Luwu.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Dewan Adat XII Kedatuan Luwu, Maddika Bua La Syaifuddin Kaddiraja Opu To Sattiaraja, S.E, Djemma Tongang Drs. H. La Abdullah Sanad Kaddiraja Opu to Solulipo, Macoa Laleng Tonro, La Saddakati Arsyad Opu To Padali, dan Ma’dika Ponrang, Drs. La Sana Kira Opu To Bau,M.Si.
Ketua Yayasan I La Galigo, Sharma Hadeyang dalam sambutannya mengungkapkan sekolah budaya tersebut berdiri berlatar belakang adanya kerisauan sebagai generasi muda yang saat ini melihat perkembangan semakin hari semakin maju semakin cepat dan juga turut menggilas nilai-nilai kearifan lokal.
“Sekolah ini hadir sebagai salah satu media atau solusi dalam rangka ikut melestarikan tatanan adat dan nilai-nilai luhur budaya Luwu,” ungkap Sharma.
Ia menambahkan hingga saat ini telah memiliki alumni sebanyak 364 orang dalam 6 angkatan, dimana angkatan 6 yang masih dalam proses pembelajaran sebanyak 56 orang.
“Perkembangan zaman begitu cepat dan begitu maju, tapi nilai-nilai kearifan lokal kita tidak boleh punah,” imbuhnya.
Datu Luwu XL saat menyampaikan dalam arahannya mengharapkan berawal dari sekolah budaya ini bersama seluruh tokoh-tokoh adat agar semua bangkit memajukan budaya Tana Luwu.
“Sekolah Budaya Luwu harus bisa berkembang kedepan, syukur-syukur bisa menjadi perguruan tinggi budaya. Kalau itu bisa dilakukan, indah sekali ini Tana Luwu,” harap Datu Luwu.
Diharapkan Sekolah Budaya Luwu I La Galigo menjadi pelopor bangkitnya Kebudayaan Luwu, dan semakin berkembang agar kedepannya dapat dihadirkan di seluruh Wilayah Adat Kedatuan Luwu, mulai dari Tana Luwu hingga ke Kolaka Sulawesi Tenggara dan Poso Sulawesi Tengah.
“Mari ki sama-sama membangun batin wija to Luwu”, tegasnya.
Menurutnya, esensi budaya Tana Luwu adalah kemuliaan dan ketakwaan yang harus diajarkan kepada kita semua. Pada dasarnya manusia terdiri dari jasmani dan rohaninya. Biarkanlah sekolah formal untuk mendidik kita punya akal, tapi ada yang tak kalah penting yakni pendidikan rohani atau batin melalui agama dan budaya.