Belopa, InfoPublik – Sekolah Budaya Luwu I La Galigo kembali menyelenggarakan pertemuan kelas pembelajaran budaya di Baruga Arung Senga, Sabtu (11/1/2020)
Ini pertemuan ketiga setelah terbentuknya sekolah budaya Luwu pada 28 Desember 2019 sekaligus menjadi pertemuan pertama dan dilanjutkan pertemuan kedua pada 4 Januari 2020
Terbentuknya sekolah Budaya Luwu berlatar belakang adanya kekhawatiran akan punahnya peradaban budaya leluhur seiring perkembangan zaman yang semakin modern. Hal ini membuat salah seorang penggiat budaya, Sharma Hadeyang merasa terpanggil untuk melakukan langkah pelestarian budaya leluhur.
Sebagai generasi penerus yang sangat peduli dengan budaya lokal tanah Luwu, Sharma Hadeyang kemudian menjadi inisiator terbentuknya Sekolah Budaya Luwu I La Galigo dengan tujuan agar generasi penerus bangsa tidak kehilangan jati dirinya.
Dengan mengajak sembilan orang pemuda Luwu yang juga penggiat budaya, Sharma Hadeyang kemudian menyampaikan niatnya tersebut kepada Bupati Luwu.
Sebagai Pemerintah, Bupati Luwu, H Basmin Mattayang menerima dan sangat merespon dengan baik niat pendirian sekolah Budaya Luwu, sehingga akhir tahun 2019 sekolah Budaya Luwu I La Galigo resmi membuka kelas pembelajaran budaya Luwu.
Pertemuan kelas budaya ini menghadirkan pemateri dari berbagai Tokoh adat dan para penggiat budaya. Sedangkan para kepala sekolah dan guru sebagai peserta, dengan maksud agar para kepala sekolah dan guru memahami sejarah budaya Luwu sehingga dapat diteruskan kepada anak didiknya disekolah masing-masing.
Kepala TK Melati Mekar Balabatu, Herna Susanti, mengatakan budaya Luwu merupakan warisan leluhur yang harus di lestarikan.
“Dalam pelatihan ini saya pribadi mendapat banyak pengetahuan dan membuka wawasan yang selama ini tidak pernah saya dapatkan entah dari orang tua ataupun bangku sekolah karena saya lahir dan besar di kabupaten lain”, kata Herna Susanti
Menurutnya, budaya Luwu sangat perlu di pelajari khususnya untuk masyarakat Luwu karena banyak mengandung nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.
“Ini sangat penting agar kelak anak cucu kita juga dapat mengetahui tentang budaya Luwu. Salah satu yang menarik ialah Naskah I LA GALIGO (Sure’ Galigo) merupakan karya sastra terbesar di dunia yang berasal dari Tanah Luwu
Dan telah di akui oleh dunia sebagai “The Biggest Literary Heritage Of The Word” (Naskah Terbesar Warisan Dunia) dan telah di tetapkan secara resmi oleh PBB sebagai ‘Memory Of The Word’. Kita harus bangga dengan warisan budaya leluhur kita ini”, lanjut Herna Susanti.
Selain memberikan materi tentang budaya Luwu, sekolah budaya Luwu juga mengajak para peserta mengunjungi obyek sejarah dan budaya yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Luwu.